Sulthanul Auliya syeikh abdul Qadir Al- Jaelani Rahimahullah lahir di jaelan atau kaelan pada tahun 470 H / 1077 M kota Baghdad sehingga di akhir nama beliau di tambah Jailani atau Kailani. Mengenai tanggal lahirnya ada dua pendapat yang pertama menyebutkan tanggal 1 Ramadhan sedangkan yang kedua tanggal 2 Ramadahan pada tahun yang sama 470 H, Tampaknya yang ke dua lebih dipercaya oleh banyak ulama. Silsilah Syeikh Abdul Qadir jaelani bersumber dari Khalifah Sayyid Ali al-Murtadha r.a melalui ayahnya sepanjang 14 generasi dan melalui ibunya sepanjang 12 generasi. Syeikh sayyid Abdurrahman jami r.a memberi komentar mengenai asal usul al-Ghauts al-A'zham. Ia mendapat gelar Sayyid dari kedua orang tuanya. Hasani dari sang ayah dan Husaini dari sang ibu.
MASA MUDA
Dalam usia delapan (8) tahun ia telah meninggalkan jailan menuju Baghdad pada tahun 480 H. Karena tidak diterima belajar di madrasah Nizhamiyah Baghdad yang waktu itu dipimpin oleh Ahmad al Ghazali. Di Baghdad beliau belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abdul Khattat, Abul Husein al Farra' dan juga Abu Sa'ad al muharrimi. Beliau menimba ilmu pada ulama tersebut hingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama. Dengan kemampuan itu, Abu Sa'ad al Mukharrimi yang membangun sekolah kecil-kecilan di daerah Babul azaj menyerahkan pengelolaan sekolah itu sepenuhnya kepada Syeikh Abdul Qadir Jaelani. Ia mengelola sekolah itu dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memberikan nasihat kepada orang-orang di sekitar sekolah tersebut. Banyak orang yang bertobat mendengar nasihat beliau, banyak pula yang bersimpati sehingga datang menimba ilmu di sekolah tersebut sehingga sekolah tersebut tidak mampu menampung lagi.
KARYA
Imam Ibnu Rajab juga berkata Syeikh Abdul al Jailani ra memiliki pemahaman yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, Takdir dan ilmu-ilmu ma'rifat yang sesuai dengan sunnah
Karya-karyanya: al Ghuyah Li Thaibi Thariqil Haq, Futuhal Ghaib, al-Fath ar-Rabbani, Jala' al-Khawatir,Sirr al-Asrar, Malfuzhat, Khamsata 'Asyara Maktuban.
Murid-muridnya mengumpulkan ihwal yang berkaitan dengan nasihat dari majelis majelis beliau. Dalam masalah sifat, takdir, dan lainnya ia berpegang pada sunah. Ia membantah dengan keras orang-orang yang menyelisihi sunah.
HUBUNGAN GURU DAN MURID
Syeikh Abdul Qadir Jailani berkata, " Seorang Syeikh tidak dapat di katakan mencapai puncak spiritual kecuali apabila 12 karakter berikut ini telah mendarah daging dalam u dirinya.
1. Dua karakter dari Allah yaitu dia menjadi orang yang sattar ( penutup aib) dan ghaffar
(pemaaf)
2. Dua karakter dari Rasulullah yaitu penyayang dan lembut
3. Dua karakter dari Abu Bakar yaitu jujur dan dapat dipercaya
4. Dua karakter dari Umar yaitu amar ma'ruf nahi mungkar
5. Dua karakter dari Utsman yaitu dermawan dan bangun ( tahajud) pada waktu orang lain tidur
6. Dua karakter dari Ali bin Abi Thalib yaitu alim cerdas/intelek dan pemberani.
Masih berkenan dengan pembicaraan di atas dalam bait syair yang di nisbatkan kepadanya dikatakan : Bila lima perkara tidak terdapat dalam diri seorang syeikh maka ia adalah dajal yang mengajak kepada kesesatan.
Dia harus sangat memahami hukum-hukum syariat dzahir, mencari ilmu hakikah dari sumbernya, hormat kepada tamu, lemah lembut kepada si miskin, mengawasi para muridnya sedang ia selalu merasa diawasi oleh Allah SWT.
Syeikh Abdul Qadir Jailani juga mengatakan bahwa Syeikh al Junaid mengajarkan standar al Quran dan Sunah kepada kita untuk menilai seorang Syeikh . Apabila tidak hpal al Quran, tidak menulis dan menghapal hadits dia tidak pantas untuk diikuti.
Pada tahun 521 H dia mengajar dan berfatwa dalam semua mazhab pada masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Syeikh Abdul Qadir menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di padang pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam. Selain itu ia memimpin madrasah dan ribath di Baghdad yang didirikan sejak tahun 561 H sampai wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin oleh anaknya Abdul Wahab (552-593 H) diteruskan anaknya Abdu Salam (611 H), juga dipimpin anak kedua Abdul Qadir yaitu Abdul Razaq (528-603 H) sampai hancurnya Baghdad pada tahun 656 H
Syeikh Abdul Qadir juga dikenal sebagai pendiri sekaligus penyebar tarekat terbesar di dunia bernama tarekat Qadariyah.
Ia wafat pada hari sabtu malam, setelah Maghrib pada tanggal 9 Rabiul akhir di daerah Babul Azaj Baghdad pada tahun 561 H
dikutip dari wikipedia bahasa indonesia dengan judul syekh abdul qasir jaelani pada tanggal 26/11/2010