Jumat, 12 November 2010

SUNAN KUDUS/JAFFAR SHADIQ



Putra Syarifah (Putri Sunan Ampel) dan Sunan Ngundung, Seorang panglima perang Kesultanan Demak yang juga seorang keturunan  sultan di mesir yang merantau ke jawa.

Banyak berguru kepada , kemudian Beliau berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo, hingga gunung kidul. 

Dalam berdakwah Beliau banyak mengadopsi cara gurunya Sunan kalijaga yang sangat toleran terhadap budaya setempat, bahkan cara penyampainya lebih halus. Pada masa itu para wali kesulitan mencari pendakwah ke daerah kudus yang penduduknya sangat teguh memegang agama mereka sebelumnya, sehingga para wali mengutusnya ke kudus.

Cara Sunan Kudus mendekat masyarakat kudus adalah dengan simbol-simbol agama hindu dan budha. Hal itu terlihat dari arsitektur mesjid kudus, bentuk menara dan pancuran wudhu yng melambangkan delapan jalan budha, suatu wujud kompromi yang dilkukan oleh Sunan kudus.

Suatu waktu Ia memancing masyarakat kudus untuk datang ke mesjid mendengarkan tablighnya. Ia menambatkan sapinya yang diberi nama kebo gumarang di halama masjid. Orang-orang hindu yang mengagungkan sapi menjadi simpati , apalgi ketika beliau memberi penjelasan tentang surat Al-Baqara yang berarti sapi betina. Sampai sekarang sebahagian masyarakat kudus yang tradisional masih menolak untuk menyembelih sapi.

Ia juga mengadopsi dan mengubah cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan abasiyah tentang ketahuidan. Cerita itu Ia susun secara berseri sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti untuk mengikuti kelanjutannya.

Selain berdakwah Beliaupun pernah menjadi seorang panglima perang kerajaan demak sebagaimana ayahnya. Dimana beliau ikut bertempur menumpas pemberontakan Aria Jipang ketika kesultanan dimasa pimpinan Sultan Prawata.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar